Artikel ini sepenuhnya dikutip dari blog berikut ini:
http://bunxu.multiply.com/journal/item/13
Tentang Disiplin Ilmu Sosiologi Seni
Saat ini sosiologi seni dipandang sebagai disiplin ilmu yang
merupakan spesialisasi ilmu sosiologi. Pada masa August Comte, yang saat
ini dikenal sebagai bapak sosiologi, sosiologi sempat mengalami
kesulitan untuk dapat dipandang sebagai ilmu. Hal tersebut dikarenakan
pembahasannya yang cenderung baru dan bersifat tidak pasti, yaitu
mengenai hubungan manusia dengan manusia. Objek kajian sosiologi sangat
kompleks, mencakup: masyarakat dalam hubungannya dengan perkembangan,
perubahan, perbandingan, sistem atau organisasi. Dalam kajiannya,
lingkup sosiologi menjelaskan perubahan sosial, fungsi-fungsi sosial,
atau pola hubungan individu dengan kelompok/masyarakat.
Secara sederhana sosiologi seni merupakan ilmu tentang sebuah
kerangka analisa manusia-manusia berkaiatan dengan aktifitas seni.
Sosiologi seni membahas atau mengkaji orang-orang dengan keterlibatan
spesifik dalam aktifitas seni, dan masyarakat lain diluar aktifitas seni
dalam fenomena budaya yang kemudian mempengaruhi aktifitas seni. Kajian
utamanya tentang masyarakat sebagai penikmat, pemerhati, pengkaji,
peneliti, pendidik (konsumen), dan pengelola seni yang merupakan
komponen-komponen proses penciptaan seni. Seni melalui sosiologi seni
menjadi pembahasan yang sangat kompleks. Seniman sebagai pencipta seni,
misalnya, menciptakan karya mungkin saja memiliki kaitan dengan latar
belakang sosialnya, terkait golongan atau kelas tertentu, terpengaruh
pengetahuan dan pengalaman pribadi, atau pun masyarakat tertentu.
Pembahasan kompleks ini meliputi kaitan-kaitan antar seluruh pelaku seni
seperti: seniman, pemerhati (kritikus, peneliti, pengajar), lembaga
seni (galeri, sanggar, pendidikan seni, perusahaan seni, maecenas),
pekerja seni dan pelaku seni lainnya, hal-hal termasuk juga fenomena
tertentu yang menjadi objek-objek karya seni, dan juga pengaruh yang
diberikan sebuah produk atau karya seni. Dalam kaitan dengan produk atau
sebuah karya seni, dapat dianalisa kemungkinan adanya pengaruh dari
subjek atau pelaku tertentu yang mendominasi dalam proses penciptaan
karya seni. Termasuk juga analisa kecenderungan pasar dan pengaruhnya
karya-karya seni yang kemudian tercipta atau hadir.
Pembahasan sosiologi seni kemudian bisa juga membahas batas-batas
seni yang mungkin dipraktekkan, termasuk juga analisa terhadap fungsi
praktek seni (misalnya: ritual, hiburan, pendidikan, dll). Analisa
pengaruh terhadap aktifitas seni dan karya seninya juga bisa terkait
dengan objek selain dalam lingkup publik seni, misalnya dengan
perkembangan masyarakat dengan kesadaran kolektif. Sebaliknya, juga
sebagai kajian tentang manusia-manusia dengan hubungan yang saling
terkait, sosiologi seni dapat memposisikan sebuah karya seni
berkemungkinan menjadi sebuah catatan sosial. Dengan demikian, secara
langsung atau pun tidak langsung seni dipahami sebagai bagian budaya
manusia. Dalam pengertian ini kajian sosiologi seni yang mungkin antara
lain, analisa proses kreatif seni dalam masyarakat, struktur sosial
pelaku seni dalam masyarakat, dan lain sebagainya. Aktifitas seni bisa
ditinjau sebagai cermin dari nilai-nilai dalam masyarakat, seni dalam
budaya hidup masyarakat, dan hubungan antar masyarakat seni dan
masyarakat sosial pada umumnya.
Pembahas Sosiologi Seni
Sebenarnya, Karl Marx merupakan salah satu yang terawal dalam
menyajikan sosiologi seni. Ide yang dibawanya adalah konsep tentang seni
pembebasan dimana seniman dan pelaku-pelaku lain dalam seni perlu
mewujudkan seni sebagai sumber ilmu pengetahuan. Konsep ini membawa
keberadaan sebuah benda seni sebagai sesuatu yang penting dalam
perspektif fungsi sosial. Hampir sama dengan itu, filsuf pragmatisme
dari Amerika John Dewey membahas posisi dan peran seniman, karya seni
dalam rangka transformasi sosial. Banyak tokoh yang bisa dikaitkan
bersesuaian dengan lingkup sosiologi seni: Umberto Eco, Baudrillard,
kajian di mazhab Frankfurt dan lain sebagianya.
Arnold Hauser membahas kaitan pelaku-pelaku dalam dunia seni dan
mengkaitkannya dan perkembangan sosial budayamanusia pada umumnya dalam
“The Sociology of Art”. Jannet Wolff mengajukan ‘sosilogi verstehen’
atau fenmenologi yg berada pada level pemeknaan karya, baik seni rupa
maupun sastra. Dalam teorinya proses mediasi merupakan pertimbangan
formasi sosial, yaitu selain konvensi estetik, juga kondisi produksi
estetik yang berupa pertama kondisi teknologis, kedua institusional, dan
yang ketiga kondisi sosial dan historis dalam produksi seni. Ketiganya
terkait dengan semiotika sebagai ilmu yang mempelajari secara luas
objek, peristiwa, dan seluruh aktivitas kebudayaan sebagai tanda (kode
sosial). Tanda itu didefinisikan sbg sesuatu berdasarkan konvensi
(kesepakatan) sosial dan dianggap dapat mewakili sesuatu yg lain.
Menjadi Sebuah Disiplin Seni yang Spesifik Berbeda
Secara umum sosiologi membahas tentang keberlangsungan yang sedang
terjadi dalam dunia seni. Meski terkait banyak hal, keberadaan seni
mutlak ditentukan oleh pelaku seni itu sendiri. Hal tersebut berkaitan
dengan logika industri yang terdapat pada seni dalam pembagian peran:
produksi, distribusi, konsumsi. Ketiga peran tersebut dianggap sebagai
yang utama dalam kelangsungan praktek seni. Meski terkesan elitis,
praktek seni tetap dianggap penting karena kemungkinan pengaruhnya dan
berkaitan denga perkembangan (budaya) masyarakat umum. Dengan luasnya
lingkup pembahasan yang berkaitan dengan seni dapat terjadi kemungkinan
overlap terutama dengan kajian-kajian seni lain.
Sebagai sebuah ilmu, sosiologi seni terbedakan berdasarkan objek yang
dikajinya, penggunaan sudut pandang, dan paradigma berpikir yang
dipakai. Dalam hal ini kata sosiologi merupakan disiplin ilmu yang
utamanya menjelaskan hubungan interaksi manusia-manusia. Dalam hal ini
sosiologi seni meliputi analisa tentang pelaku-pelaku seni dan hal-hal
yang mempengaruhi pelaku tersebut secara menyeluruh. Berbeda dengan
sejarah (sosiologi) seni misalnya, yang memiliki fokus utama terhadap
sejarah dan kaitan sejarahnya. Sejarah seni mengajukan kesimpulan akhir
berupa analisa dari pemaparan catatan, data faktual seni, dan
peristiwa-peristiwa seni yang ada. Meski hampir sama, disiplin kajian
sosiologi seni juga berbeda dengan visual culture.
Lingkup sosiologi seni sebagai sebuah disiplin kajian, membahas
keterkaitan dan pengaruh interaksi antara seni dengan bidang-bidang
non-seni. Non-seni tersebut antara lain: sosial budaya, politik,
ekonomi, hukum, agama, dan lainnya. Kebalikannya, dalam proses
sosialisasi sebuah produk seni yang kemudian mempengaruhi kehidupan seni
atau juga non-seni. Sosiologi seni merupakan salah satu bidang kajian
yang juga bersifat pendidikan seni karena menganalisis dan meneliti
karya seni dalam hubungannya dengan masyarakat yang terdapat pada
realitas.
Jika estetika lebih membahas tentang adanya sebuah bentuk produk seni
hingga proses penciptaannya, sosiologi seni membahas produk seni
melalui keberlangsungannya, pengaruh atau kaitannya, dan aktifitas seni
yang ada. Secara sederhana kajian sebuah benda seni secara sosiologis.
Ini merupakan paradigma sosiologis dalam menganalisis seni baik sebagai
produk estetis, objek kajian, maupun sebagai bahan kegiatan proses
belajar mengajar. Sosiologi seni menjelaskan teori-teori mengenai proses
kreatif seni dalam masyarakat sekaligus dalam hubungannya struktur
sosial, politik, ekonomi, hukum, agama, sosial budaya. Hal tersebut
membedakannya dengan filsafat seni yang lebih membahas nilai-nilai dalam
aktifitas seni atau kualitas tertentu sebuah karya, terkait
pengaruh-pengaruh lain yang ada.
SOSIOLOGI SENI TENTANG SENI KONTEMPORER DI INDONESIA
Terjadi pada tahun 60an, Warhol dianggap menjadi patokan penting
dalam praktek seni yang tidak mengkotak-kotakkan antara budaya tinggi
dan rendah. Kemudian dunia seni direka ulang, perubahan teknik di media
dan seni yang popular. Seni kontemporer sebagai sesuatu yang layak
diajukan sebagai diskursus yang akhirnya mempertimbangkan kepercayaan,
perkiraan intelektual, pengalaman-pengalaman, kemampuan visual, hingga
bentuk-bentuk selera. Sosiologi seni berguna dalam menganalisa praktek
dan aktifitas seni, termasuk di Indonesia. Dengan analisanya, kita dapat
memahami hubungan antara proses kreativitas seni, produk seni
masyarakat, khususnya masyarakat pendukungnya. Dalam kondisi tertentu,
seni berhubungan dengan kekuasaan, berhubungan juga dengan kelas sosial,
dengan norma yang bersifat lokal, dan juga berhubungan dengan politik.
Dalam analisanya akan terhasilkan sebuah ‘pemaparan’ berkaitan dengan
praktek yang sedang tejadi. Dan kemudian terkait dengan kajian-kajian
seni lainnya.
Saat ini seni kontemporer merupakan bahasan utama sosiologi seni,
termasuk di Indonesia. Sosiologi seni tentu digunakan dalam membahas
perkembangan seni yang ada saat ini. Aktifitas seni Indonesia sedang
berjalan dengan perkembangan yang semakin cepat. Banyak hal bermunculan,
dalam keragaman bentuk, latar belakang, arah, gaya, dan lain
sebagainya. Hal tersebut berkaitan dengan konsep karya baik secara
tematik maupun artistik. Saat ini, seni (kontemporer) memang menjadi
pembahasan yang sangat cair dan terkait dengan banyak hal. Ditengah
perubahan budaya hidup yang serba cepat, seni tetap merupakan bagian
budaya hidup manusia. Dalam era imagology.
Seni dalam Perubahan yang Serba Cepat
Substansi sebuah karya seni kemudian ditentukan banyak hal. Sama
halnya, praktek kesenian dapat sebagai suatu yang terkait hal-hal secara
spesifik. Kemudian, sosiologi seni berguna dalam membaca semua praktek
yang ada berkaitan dengan hubungan pelakunya, aspek sosial, dan seni itu
sendiri. Hal tersebut membantu, hingga kita bisa menilai seni melalui
praktek seni dan produk yang dihasilkan. Dan Saat ini kecenderungan
apapun bisa dilakukan, baik dalam bentuk tradisi/konvensi atau pun
diluar konvensi. Kritik seni mempertimbangkan karya dalam kaitannya
sejarah sehingga seni seharusnya merupakan produk sejarah. Seni
kontemporer kemudian mempertimbangkan bentuk baru seni seperti street
art, poster art, public art, site specific project, web art, dan
kategori lain terkait ranah budaya yang ada. Seni tidak lagi mengenai
sesuatu yang melulu berkaitan dengan keindahan. Dalam sebuah karya seni
kita bisa membicarakan perkembangan teknologi, pola hidup, kekuasaan,
taraf pendidikan, hingga dunia seni itu sendiri. Kaiatan seni dan
budaya, dengan sendirinya menjadi kaitan seni dengan hidup keseharian.
Sejauh ini, seni konvensional masih dominan dalam praktek seni
kontemporer di Indonesia. Kecenderungan dan keragaman yang ada merupakan
bagian yang dapat dikaji dalam sosiologi seni. Keberlangsungan praktek
seni merupakan bentukan hubungan pelaku-pelaku yang ada didalamnya.
Seniman sebagai pencipta menjadi salah satu objek analisa yaitu tentang
hal atau objek analisa sosiologi lain yang berpengaruh besar pada karya
yang dibuatnya. Dalam kaitannya dengan banyak hal, medan sosial seni
merupakan prioritas dalam pembahasan sosiologi seni.
Sosiologi Seni: Berbagai ‘Pihak’ Terlibat Disini
Saat ini alam budaya (kehidupan) merupakan sesuatu yang terbangun
atas corporate interest, political interest, public interest. Contoh
gambaran public interest seperti dapat kita lihat dalam kegiatan survey
search engine di internet yaitu kata porn sebagai ranking 1 dalam
pencarian oleh pengguna internet. Arah dan kelangsungan hidup (bentukan
budaya) sangat bergantung dengan tiga pihak diatas. Masyarakat seni
merupakan bagian masyarakat pada umumnya dalam perkembangan budaya
hidup/zaman. Sussan Sontag menyatakan telah hilangnya batas antar
praktek budaya tinggi dan budaya rendah. Dan budaya tinggi menjadi
sebuah konsep yang tidak lagi berkaitan dengan realitas yang ada,
merupakan imajinasi. Dalam penyampaian yang lebih sederhana, masyarakat
seni hidup dalam realitas yang sama dengan masyarakat sosial pada
umumnya. Termasuk seniman, sebagai produsen seni dan juga makhluk
sosial. Sama halnya dengan penikmat, pemerhati, dan pelaku-pelaku lain
dalam seni.
Medan sosial seni sendiri merupakan tarik menarik antara
keberlangsungan dan pancapaian seni. Dalam keberlangsungannya, seni
berjalan dan berkembang melalui pelaku-pelaku didalamnya. Sosiologi seni
kemudian menganalisa pengaruh-pengaruh yang diberikan pelaku-pelakunya
dalam keberlangsungan (survive) praktek seni. Dalam kajian lain,
kehadiran seni harus tetap mempertahankan dirinya sebagai bagian
pembentuk budaya hidup manusia dan sadar akan aspek lain yang juga
berjalan dalam membentuk budaya.
Pustaka:
http://pos.sagepub.com
http://georgetown.edu/faculty/irvinem
http://euroartmagazine.com/new/?issue=1&page=1&content=60
http://artandculture.com
http://en.wikipedia.org